Catatan 26/03/17

Dini hari tadi hujan deras mengguyur Jogja, dari sekitar jam 4 pagi sampai sekitar jam 10:30 menjelang siang. Perut rasanya lapar sekali karena tidak bisa cari makan di tempat biasa. Gerimis tipis bahkan masih saja turun ketika aku ke luar gerbang indekos menuju warung padang di Jalan Parangtritis.

Penghuni indekos masih saja jarang terlihat, baru-baru ini beberapa kali aku berpapasan dengan anak laki-laki yang masih SMA. Aku pikir luar biasa sekali anak SMA tinggal di indekos seperti ini. Orang tuanya mungkin berada, karena untuk indekos saja di sini sudah satu juta setengah per bulannya. Terkadang aku melihatnya datang dan pergi dengan motor kopling bersuara cempreng, lebih mirip motor modifikasi yang entah bagian mana saja yang masih asli. Celananya bergaya pensil, alias makin mengecil semakin ke ujung kaki. Tangan kanannya sibuk memegang handphone sementara asap mengepul dari tangan kirinya yang menjepit sebatang rokok.

Baca lebih lanjut

Pengalaman Makan Ikan Hiu

Dekat Taman Makam Pahlawan Cikutra ada warung ikan bakar yang jadi destinasi favorit berbagai kalangan, tapi kebanyakan sih memang mahasiswa. Mungkin dari ITENAS, Widyatama dan sekitarnya. Hampir setiap hari selalu ramai. Ada beberapa faktor yang menjadi alasan kenapa warung ikan bakar Banyumas di pinggiran TMP Cikutra itu selalu ramai. Pertama, sambal yang pedas dan sedap, betul-betul berjodoh dengan kol goreng, ikan bakar/goreng dan juga tahu tempe. Kedua, ada banyak pilihan ikan mulai dari ikan air tawar seperti gurame, mujaer, ikan mas, bawal dan nila dan juga ada ikan laut seperti bandeng, kakap, kerapu, salem, barakuda, baramunding, pari dan juga hiu. Dua ikan terakhir adalah yang paling jarang ada. Untuk yang gak doyan ikan, bisa pesan pepes ayam atau daging ayam. Sebagai pelengkap, ada sate usus, ceker ayam, kepala ayam, sate telur puyuh dan juga tahu dan tempe. Faktor ketiga dan yang terpenting adalah, murah meriah plus porsi nasi yang seukuran kuli. Satu porsi yang terdiri dari ikan, lalapan (bisa goreng atau mentah) dan juga nasi plus teh tawar cuma dihargai empat belas ribu perak saja. Harga sebelum lebaran idul fitri malah cuma tiga belas ribu.

Baca lebih lanjut

Soto Rempah

Sore ini saya makan di Soto Rempah di Jalan Dr. Cipto Mangunkusumo, hanya beberapa meter saja dari Solo Paragon. Pertama kali lewat sebetulnya sudah hampir mau coba, tapi kebetulan ramainya luar biasa. Mungkin karena saya lewat bersamaan dengan jam makan siang. Letaknya yang dekat dengan Solo Paragon sepertinya jadi alternatif tempat makan siang untuk karyawan-karyawan.
Baca lebih lanjut

Bakso Pak Sakir Solo Paragon

Malam ini bingung cari makan, kok ya di sepanjang gang dekat indekost di Jalan Seruni II gak ada satu pun yang jualan, padahal ada beberapa rumah yang dijadikan indekost. Harusnya ini lahan yang cukup basah untuk mendirikan usaha, meskipun cuma warung makan kecil-kecilan.

Perut sudah keroncongan, daripada harus cari makan di Solo Paragon yang udah pasti mahal, lebih baik cari warung-warung biasa. Akhirnya saya memutuskan untuk makan bakso yang sebenarnya kemarin sempat terlewati juga. Letaknya persis di depan Solo Paragon kalau dari arah utara.

Baca lebih lanjut